"Susah sekali kalau keluar ini, di situ ada pembangunan, di sana ada pembangunan, jadi kita sangat susah, kadang-kadang kan memotong jalan yang sedang dikerjakan," lanjut Junaidi.
Junaidi bercerita, pengalaman paling miris yang terjadi saat ia mengantar anaknya sekolah pakai motor.
Jarak dari rumah ke sekolah biasanya bisa ditempuh dalam jarak satu kilometer.
Tetapi sekarang dia harus memutar arah hingga jaraknya menjadi dua kali lipat lebih jauh.
"Kalau dulu lewat sini (yang tertutup pagar), dekat kalau ngantar sekolah, sekarang harus muter dulu kalau ngantar anak-anak sekolah," ucap Junaidi sambil menunjuk arah.
Sementara itu warga lainnya, Damar, menegaskan, dirinya dan sejumlah warga lain tak akan meninggalkan rumahnya karena merasa belum pernah menjual ke pihak ITDC.
"Di sini ada sekitar 70 KK masih tinggal, tanah ini belum kami jual, kami tinggal di sini sejak kecil," kata Damar ditemui di lokasi.
Damar mengaku, ia beberapa kali bertemu dengan pihak ITDC membahas persoalan lahan tersebut.
Baca Juga: Jelang WSBK Indonesia, Konstruksi Pembangunan Sirkuit Mandalika 91,79%
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yuka Samudera |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR