MOTOR Plus-online.com - Bikin pemotor merinding, heboh video makam keramat yang terletak di pinggir jalan, enggak boleh dipindah?
Sebuah makam atau kuburan di barat jalan Ir. Soekarno Dusun Tanjunganom, Desa Kwarasan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, kerap menarik perhatian.
Sebab, ada satu makam yang tidak dipindah dan tetap dibiarkan oleh warga sekitar.
Setelah ditelusuri, ternyata makam tersebut merupakan makam Kucing milik Raja Solo, Pakubuwono X.
Hal ini diketahui setelah KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro, bersama sejumlah pegiat media sosial memosting keberadaan makam tersebut.
Banyak warga yang mengetahui jika ternyata batu nisan itu merupakan makam Kucing milik Raja Solo, Pakubuwono X.
Layaknya makam-makam keramat atau makam para Wali, makam itu juga mulai diziarahi warga.
Bahkan, ada rombongan dari Jawa Timur yang datang untuk berziarah.
Baca Juga: Setelah Motor Trail, Kali Ini Giliran Mobil Masuk Makam, Katanya Diajak Sesosok Orang Tua
Lalu, bagaiamana sejarahnya makam kucing raja bisa ada di situ?
Dikutp dari TribunSolo.com, mereka berhasil mendapatkan keterangan lengkap dari salah satu keturunan Raja Solo.
KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro yang merupakan keturunan IV atau Canggah Dalem Pakubuwono X.
Kucing raja Kasunanan Surakarta ini berjenis Candramawa, bernama Nyai Tembong.
Pada batu nisan tersebut, juga terdapat tulisan aksara jawa yang dibaca 'Klangenan Dalem Nyai Tembong'.
"Wujud kucingnya berwarna hitam, dan matanya juga hitam," katanya.
Diperkirakan, makam itu sudah ada antara tahun 1893 hingga 1939, saat masa kepimpinan Pakubuwono X di Kasunanan Surakarta.
Dulunya, kawasan tersebut dijadikan areal makam hewan peliharaan raja.
Baca Juga: Viral Remaja Naik Motor dan Lindas Deretan Makam, Pelaku Gak Berkutik di Depan Polisi
Utamanya makam hewan Gajah, Kerbau, dan Kuda.
Jalan penghubung Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo, berada di sebelah timur makam.
"Setelah ada pelebaran jalan ini, sejumlah kampung dan makam dipindahkan. Tapi hanya makam ini (Nyai Tembong) yang tidak dipindahkan," jelas Nuky.
Nuky menambahkan, pada zaman dahulu, tempat seperti ini lebih berbau ke hal-hal mistis.
Banyak petani yang datang, memberikan serahan bumi agar Nyai Tembong melindungi pertanian mereka, agar hasil panen mereka berhasil, dan terhindar dari serangan hama.
"Tapi saat ini, saya harap masyarakat bisa arif dan bijak, untuk melihat ini sebagai kearifan lokal," ucapnya.
"Ini suatu budaya, yang tidak bisa melupakan atau mengilangkan masa lalu kita. Maka, mari pelihara peninggalan ini untuk anak cucu kita," tutup Nuky.
Berikut ini VIDEO lengkapnya:
Baca Juga: Gak Habis Pikir, Video Detik-detik Pemuda Sengaja Trabas Makam-makam di TPU Naik Motor
Source | : | Tribun-video.com |
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR