Enggak cuma itu, biaya pengiriman ke luar kota juga naik, dari awalnya Rp 500.000 kini bisa kena Rp 800.000.
"Di sisi lain, daya beli masyarakat menurun," ujar Ridwan.
"Sudah sepekan terakhir ini pesanan anjlok, sehari paling bisa produksi dua,” sambungnya.
Sebelumnya Ridwan mampu memproduksi hingga 35 unit mesin SPBU mini setiap minggunya.
Namun sejak harga Pertalite naik, volume produksi mesin SPBU mini merosot sampai 50 persen.
"Sudah bisa produksi dua unit sehari saja sekarang sudah bagus," ucapnya.
Ridwan mengaku, usahanya sempat membaik sejak awal tahun ini setelah hampir dua tahun lesu dampak pandemi Covid-19.
"Selama pandemi nyaris tidak produksi, baru tahun ini mulai ada peningkatan, tapi turun lagi sekarang karena (kenaikan) BBM ini," lanjut Ridwan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR