Ia mengatakan, calon penumpang yang enggan menunggu kerap membatalkan pesanannya dan memilih mencari driver lain.
"Ya kalau harus jujur, saya merugi cukup sering karena antrean ini, banyak orderan yang dibatalkan karena penumpangnya gak mau nunggu," ujarnya.
Performa di aplikasi driver onlinenya saat ini menurun, lantaran penumpang kerap memilih performa kurang memuaskan akibat harus menunggu lama.
Selain itu, profesinya yang mengandalkan ketepatan waktu harus kembali terhambat dengan adanya antrean di SPBU.
Selama 20 sampai 30 menit harus ia korbankan untuk mengantre demi mendapatkan bahan bakar yang cukup.
Sementara, pihak pengelola platform yang digunakannya tak memberikan kompensasi atas hal itu.
"Kebayangkan berdampak pada semua, saya merasa banyak dirugikan, sudah waktu harus terbuang lama di sini, terus biaya operasional juga semakin meningkat, tapi belum ada kompensasi dari platfrom yang saya gunakan," ungkapnya.
Baca Juga: Terbongkar Harga Pertalite Naik Tapi Motor Jadi Boros Begitu Dicek Ternyata Ini Biang Keroknya
Hal serupa dikeluhkan Omat Hidayat (32), sopir angkot jurusan Cileunyi-Majalaya.
Omat mengaku, dampak dari antrean yang kerap terjadi di SPBU membuat performanya semakin buruk.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR