Nilai kalor bisa berubah dari proses pengolahan minyak mentah di kilang menjadi nafta.
Dalam pembuatan bahan bakar, nafta yang dihasilkan terkadang bisa tinggi atau bisa rendah bergantung dari kualitas minyak mentah.
"Karena spesifikasi nafta hasil produksi kilang berubah-ubah terus, maka setiap parameter spesifikasi bahan bakar dinyatakan dalam batasan minimum dan maksimum," jelas Pak Yus.
Pada Pertalite, batasan rentang massa jenis densitas energi 715 kg/m3 sampai 770 kg/m3.
Ketika massa jenis yang didapat paling rendah, densitas energi yang dihasilkan lebih kecil.
Sehingga energi per liter Pertalite yang dibakar mesin menghasilkan tenaga yang kecil.
Inilah yang membuat konsumsi BBM jadi lebih boros karena untuk tenaga yang setara butuh volume bahan bakar lebih banyak.
Selain dari proses pengolahan, nilai kalor juga bisa berubah akibat suhu udara dan tangki bahan bakar.
"Pengaruhnya ke massa jenis bahan bakar yang menentukan nilai kalor untuk menghasilkan densitas energi," tutur Pak Yus.
Ketika suhu meningkat, massa jenis bahan bakar akan mengembang.
Namun densitas energi yang dihasilkan bisa lebih kecil sehingga energi yang dibakar lebih rendah.
Pak Yus juga melihat isu Pertalite paska kenaikan harga mudah menguap.
"Kalau penguapan rasanya tidak mungkin, kerugian SPBU bisa sangat besar karena sudah ada target minimum volume Pertalite yang dijual harian," kata Pak Yus.
"Jika penguapan berlebih, volume Pertalite yang diterima tidak sebanyak saat diisi ke kendaraan," tandasnya.
KOMENTAR