Ia mengatakan, selepas pluit panjang dibunyikan, Arema kalah 2-3 dari Persebaya, ia langsung melepas spanduk yang dipasangnya di pagar.
Andreas melihat banyak orang yang memanjat pagar dan berusaha masuk ke lapangan.
Ia mengira, apa yang dilakukan suporter itu adalah bentuk kekecewaan terhadap hasil pertandingan itu.
Dia dan Hendrik bahkan tidak pernah berpikir untuk masuk ke lapangan, hanya melepas spanduk dan bergegas pulang.
"Tapi tiba-tiba, suporter yang turun ke lapangan berlarian mendekat pagar tribun penonton. Dari arah lapangan, terlihat tembakan gas air mata bertentangan. Saya dan Hendrik langsung ketakutan dan mempercepat melepas spanduk," jelasnya.
Di sana, ia melihat banyak suporter yang sudah pingsan di tribun penonton.
Sampai akhirnya, kata dia, Hendrik Gunawan memutuskan menghentikan langkahnya untuk menolong suporter wanita yang jatuh pingsan.
Baca Juga: Imbas Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ribuan Bonek Batal Konvoi Motor Untuk Menghormati Aremania
"Masih muda, mungkin usia 16 tahun. Dia (Hendrik) memilih untuk menolongnya. Saya tawarkan untuk keluar bersama, saya disuruh keluar dulu, nanti dia menyusul sama perempuan itu. Ya akhirnya saya keluar dulu meninggalkannya," paparnya.
Andreas mengaku keluar melewati pintu keluar yang sempat tidak terbuka, padahal di dekat pintu keluar sudah berjubel orang yang menunggu giliran untuk keluar.
Source | : | Tribunmadura.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR