MOTOR Plus-online.com - Jadi salah satu korban dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, begini cerita Aremania berawal dari berangkat naik motor bareng sahabatnya.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) menjadi kabar duka bagi Indonesia dan dunia.
Termasuk Andreas, seorang Aremania yang kehilangan temannya, Hendrik Gunawan akibat Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Adapun Hendrik Gunawan satu dari delapan remaja asal Kabupaten Pasuruan yang meregang nyawa dalam tragedi Stadion Kanjuruhan.
Andreas sama sekali tidak menyangka perjalanannya ke Maling menjadi momen terakhir bersama sahabatnya itu.
Ia mengaku berangkat siang dari Pasuruan dengan menggunakan motor Hendrik.
Sampai Stadion Kanjuruhan sekitar pukul 16.30 WIB, ia dan Hendrik tidak bergegas langsung masuk Stadion.
Selepas magrib, ia baru masuk ke Stadion dan langsung memasang spanduk di pagar penonton.
Baca Juga: Arie Kriting Sedih Atas Tragedi Stadion Kanjuruhan, Teringat Motoran Nonton Arema FC
"Saya dan Hendrik duduk di Tribun 11. Sepanjang pertandingan itu memang sudah beberapa keributan kecil di tribun 12 dan 13. Setelahnya ya tidak ada tanda-tanda, kalau di akhir pertandingan akan kejadian seperti ini," ucapnya dikutip dari TribunMadura.com.
Ia mengatakan, selepas pluit panjang dibunyikan, Arema kalah 2-3 dari Persebaya, ia langsung melepas spanduk yang dipasangnya di pagar.
Andreas melihat banyak orang yang memanjat pagar dan berusaha masuk ke lapangan.
Ia mengira, apa yang dilakukan suporter itu adalah bentuk kekecewaan terhadap hasil pertandingan itu.
Dia dan Hendrik bahkan tidak pernah berpikir untuk masuk ke lapangan, hanya melepas spanduk dan bergegas pulang.
"Tapi tiba-tiba, suporter yang turun ke lapangan berlarian mendekat pagar tribun penonton. Dari arah lapangan, terlihat tembakan gas air mata bertentangan. Saya dan Hendrik langsung ketakutan dan mempercepat melepas spanduk," jelasnya.
Di sana, ia melihat banyak suporter yang sudah pingsan di tribun penonton.
Sampai akhirnya, kata dia, Hendrik Gunawan memutuskan menghentikan langkahnya untuk menolong suporter wanita yang jatuh pingsan.
Baca Juga: Imbas Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ribuan Bonek Batal Konvoi Motor Untuk Menghormati Aremania
"Masih muda, mungkin usia 16 tahun. Dia (Hendrik) memilih untuk menolongnya. Saya tawarkan untuk keluar bersama, saya disuruh keluar dulu, nanti dia menyusul sama perempuan itu. Ya akhirnya saya keluar dulu meninggalkannya," paparnya.
Andreas mengaku keluar melewati pintu keluar yang sempat tidak terbuka, padahal di dekat pintu keluar sudah berjubel orang yang menunggu giliran untuk keluar.
"Saya harus lompat pagar untuk bisa keluar cepat," tambah dia.
Setelah itu, ia menceritakan di luar stadion terjadi keributan, banyak suporter yang mengajukan dan membakar truk dan mobil di sana.
Ia mengaku hanya duduk dan menunggu kedatangan Hendrik Gunawan di parkiran motor.
"Saya tunggu sampai jam setengah 1, tapi tidak ada kabar sama sekali. Kunci sepeda motor dan perlengkapan lainnya, dibawa Hendrik. Akhirnya saya ketemu sama teman dari Purwosari yang kebetulan juga mencari temannya yang tak kunjung kembali," paparnya.
Ia mengaku sekira pukul 02.00 wib keliling ke Stadion lagi dan mencari Hendrik Gunawan sampai berkeliling dua kali, namun tidak menemukan sahabatnya.
Ia lantas disarankan penjaga parkir datang ke rumah sakit terdekat untuk mencari keberadaan sahabatnya.
Baca Juga: Pilu dan Merinding Video Iring-iringan Ambulance Jenajah Korban Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
"Akhirnya saya sama teman dari Purwosari keliling rumah sakit. Dan, ketemu sama Hendrik tapi sudah di kantong jenazah. Saya langsung sedih dan panik seketika itu. Saya tidak bisa berkata-kata mas, sahabat saya pergi selamanya," ujarnya.
Andreas mengaku tidak menyangka teman nonton sepakbolanya sudah tiada.
Sepanjang jalan pulang ke rumah, ia tidak henti meneteskan air mata.
"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul "Kisah Aremania Tunggu Sahabat Keluar Stadion Kanjuruhan, Pulang Hanya Bawa Motor, Tinggal Nama"
Source | : | Tribunmadura.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR