Sementara kalau menggunakan angkutan publik, Anton menjelaskan terdapat jalur yang harus ditempuh dengan jalan kaki.
Anton menambahkan, karena perjalanan itu berbasis origin destination (sesuai dengan tujuannya), bukan berbasis koridor.
"Saya mau naik MRT. Kan enggak tiba-tiba keluar di stasiun MRT. Tapi bagaimana menuju stasiun MRT. Di situ yang masih ada missing link-nya atau jalan yang terputus," jelasnya.
Meskipun saat ini sudah ada pengembangan integrasi dari PT JakLingko, namun menurutnya belum secara masif dilakukan.
Jadi yang putus di persoalan tersebut menurut Anton adalah bagaimana orang dari rumah menuju halte awal dan bagaimana dari halte akhir menuju tujuan.
Dirinya berharap hal tersebut difasilitasi dengan salah satunya program dari PT JakLingko.
"Lalu yang berikutnya adalah pedestrian. Kan jalan kaki 100 sampai 200 meter enggak masalah. Cuma karena pedestrian enggak bagus, orang naik ojek atau difasilitasi sepeda," ujar Anton.
Di situlah yang menurut Anton menjadi kendala bagi pengguna kendaraan pribadi yang ingin beralih ke transportasi publik.
Anton mengungkapkan, kemudahan naik motor yang bisa langsung sampai tujuan, menjadi salah satu faktor alasan orang lebih memilih mengendarai kendaraan roda dua.
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR