Selain itu, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti di gudang itu.
"Tujuan pengoplosan atau pemalsuan BBM ini adalah untuk mendapatkan keuntungan lebih. Artinya, para tersangka ingin keuntungan besar," terangnya.
Modus yang digunakan, kata Kanit, tersangka Abdul Rosid diduga mendapatkan Pertalite dan Pertamax dari beberapa orang yang dibeli dari pom bensin resmi.
Setelah itu, kata Kanit, oleh tersangka Abdul Rosid, bahan itu diolah dan dioplos.
Campurannya ada aftur 10 persen, thinner 40 persen, dan Pertalite 50 persen.
"Alat yang digunakan manual. Dicampur saja dalam tong. Setelah itu, untuk menyempurnakan pengoplosan ini, tersangka beri pewarna BBM yang sudah dioplos," tuturnya.
Baca Juga: Pertamina Beri Jawaban yang Mencengangkan Bolehkan Beli Pertalite dan Bio Solar Tanpa QR Code Pihak
Dari praktek culas ini, para tersangka utama mendapatkan keuntungan besar.
Soalnya, mereka jual Pertalite oplosan dengan harga Rp 10.600 per liter.
Sedangkan untuk Pertamax oplosan, lanjut dia, dijual dengan harga Rp 12.000 per liter.
Harga yang dipatok ini jauh lebih murah dibandingkan pasaran.
"Para tersangka ini sengaja menjual di daerah yang jauh dari Pom Bensin, seperti wilayah pegunungan, Tosari, Tutur, dan wilayah - wilayah lain," paparnya.
Menurut Vani, sapaan akrab Kanit, di wilayah yang jangkauannya susah dan jauh dari pom bensin, harga Pertalite dan Pertamax sangat mahal.
"Untuk Pertalite bisa Rp 13.000 per liter, Pertamax bisa Rp 16.000 per liter. Ini kami masih dalami keuntungan yang didapat para tersangka," tegasnya.
Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul "Pertalite dan Pertamax Campur Thinner Cat, Modus 4 Penjahat BBM Oplosan di Pasuruan"
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR