Kerusakan syaraf tersebut mengakibatkan pelaku menjadi berbeda, saat marah bisa menggebu-gebu dan tidak terkontrol, ditambah jika keinginannya tidak dipenuhi.
"Jadi anak saya ini kan habis menjual tanah warisan dan rencananya ingin dibuatkan rumah, sehingga saat nanti pulang dari pondok pesantren sudah ada rumah," kata Rosichi.
"Tapi yang beli inikan bayarnya nyicil baru setengahnya, nah sedikit demi sedikit saya belikan material batu bata, besi dan lain-lain akhirnya uang habis," sambungnya.
"Nah anak saya ini marah dan minta uang penjualan tanah Rp 40 juta ditarik lagi dan ingin ia gunakan beli motor baru," lanjutnya.
"Tapi kan uang sudah saya belikan material jadi sisa Rp 3 juta," tambah ayah pelaku.
"Anak saya tidak mau dan akhirnya marah, ngamuk dan mengancam saya, akhirnya saya melarikan diri keluar rumah," ungkap Rosichi.
Bahkan untuk menghindari kejaran dan amukan sang anak, Rosichi kabur sembunyi di makam desa setempat dari subuh sampai malam hari.
Baca Juga: Fakta Mengherankan di Balik Tewasnya Driver Ojol di Stasiun Karet
Karena kabur dari kejaran sang anak sejak subuh, Rosichi belum sempat bertemu sang adik yang menjadi korban.
Ia tidak berani masuk ke rumah karena mengetahui sang anak masih mencarinya.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR