Hal itu pernah dijelaskan oleh Hendro Sutono dari Komunitas Sepeda Motor Listrik (KOSMIK) Indonesia.
"Hal pertama perlu tahu dulu baterainya tipe apa, tipe SLA dan LiFePO4 tidak bisa terbakar, sementara Li-Ion dan Li-polymer bisa terbakar," buka Hendro saat dihubungi MOTOR Plus-online, Rabu (26/10/2022).
"Lalu kita perlu pahami juga apa yang terjadi di dalam baterai," sambungnya.
"Inti dari proses charging (pengisian) dan discharging (pemakaian) adalah proses kimia yang memindahkan elektron dalam baterai dari anoda ke katoda dan sebaliknya, proses perpindahan elektron itu menghasilkan efek samping berupa panas," lanjutnya.
"Baterai terbakar karena ada panas berlebih, panas ini terjadi karena efek samping reaksi kimia berlebih dalam baterai saat charging dan discharging," tambah dia.
"Jadi kemungkinan terbakar adalah pada saat charging dan discharging," sambung Hendro.
Untuk memperkecil kemungkinan over charging dan over discharging, kata Hendro, maka baterai diberi perangkat Battery Management System (BMS).
Baca Juga: Update Harga Motor Murah April 2023 Mulai Rp 14 Jutaan, Ada Matic Sampai Listrik
"BMS itu yang akan menjaga proses charging dan discharging agar tidak terjadi over," ucap Hendro.
"Hal itu yang membuat penting untuk memilih BMS yang bagus, BMS dengan sistem proteksi berlapis, bahkan ada smart BMS yang sudah ditanamkan IOT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelligence) di dalamnya," tambahnya.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Ardhana Adwitiya |
KOMENTAR