MOTOR Plus-online.com - Empat putaran MotoGP musim ini telah berlangsung, MotoGP Portugal, Argentina, Amerika dan Spanyol, skor 3-1 untuk keunggulan motor MotoGP Eropa, copy paste alias copas saja belum cukup.
Motor MotoGP Eropa terus menancapkan dominasinya di MotoGP musim ini, sementara motor MotoGP Eropa masih kelimpungan demi mengimbanginya.
Fakta motor MotoGP Eropa unggul performa lantaran riset dan pengembangan motor MotoGP yang integral dan mengikuti input atau masukan dari pembalapnya.
Makna integral di sini riset motor MotoGP dilaksanakan secara terstruktur mulai dari pembuatan motor MotoGP kemudian dilakukan uji coba oleh test rider yang dedicated alias pembalap penguji sepenuhnya.
Serta keuntungan demografis di Eropa yang notabene kebanyakan sirkuit yang jadi venue MotoGP ada di Eropa jadi modal tambahan tersendiri.
Motor MotoGP Eropa paling jos performanya di MotoGP musim ini adalah Ducati Desmosedici GP, bukan motor MotoGP yang diriset dalam waktu singkat.
Motor MotoGP Desmosdici GP yang di 2 musim terakhir tampil jos merupakan proses yang dikembangkan sejak 2013 silam.
Tepatnya saat General Manager Ducati Corse Luigi Dall'Igna bergabung 2014 silam.
Ducati Desmosedici GP banyak melakukan riset dan terobosan untuk bisa jadi motor MotoGP yang kompetitif.
Baca Juga: Luigi Dall'Igna Otak Sukses Besar Ducati Di MotoGP, Gara-gara Dia Semua Pengin Seperti Motor Ducati
Mulai dari aplikasi faktor aerodinamika di motor MotoGP Ducati yang dikenal dengan winglet.
Mulanya winglet pada 2015 diaplikasikan demi meredam motor MotoGP Ducati wheelie atau jengat setiap keluar tikungan.
Namun kemudian dilarang karena dianggap membahayakan bagi pembalap MotoGP lain karena tergores atau bisa tertusuk.
Pada 2017, motor MotoGP Ducati mengenalkan aerofairing yang merupakan pengembangan dari winglet.
Namun aerofairing ini mulai dari bentuk hingga pemasangannya tidak seperti winglet.
Alhasil, aerofairing pun bikin motor MotoGP Ducati lebih kompetitif.
Riset dan terobosan Ducati tak samapi di situ mulai lagi mengaplikasi hole shot device, swinglet yang sempat mengundang protes di 2018.
Namun kemudiana, swinglet itu sendiri banyak dicangkok oleh skuat di luar Ducati.
Ada lagi, ride height adjuster yang membuat Ducati mampu melibas high speed cornering lebih baik.
Baca Juga: Riset Motor MotoGP Minim, Fabio Quartararo Mulai Gerah Dengan Yamaha
Sampai kemudian di 2021 hingga 2022 mengenalkan aerobody dengan aplikasi downwash duct hingga sayap tegak di buritan motor yang disebut winglet Stegosaurus.
Semua terobosan itu diriset dan dikembangkan bukan dalam waktu dekat.
Mungkin buat motor MotoGP Eropa selain Ducati tinggal copy dan paste alias copas dan disesuaikan.
Namun copas itu tak sepenuhnya berfungsi bagi motor MotoGP Jepang, Honda dan Yamaha.
Pasalnya pabrikan Jepang belakangan dikenal sebagai pabrikan yang birokratis di mana input dan feedback dari pembalap hanya didengarkan tapi tidak diterapkan.
Efeknya pembalap MotoGP jadi kehilangan kepercayaan dan motivasi.
Di sisi lain, riset dan pengembangan motor MotoGP Jepang yang berkutat di situ-situ saja.
Kalaupun ada copas dari motor MotoGP Eropa tidak lantas diriset secara intensif.
Sebut saja motor MotoGP Yamaha yang di musim ini sudah tak lagi jeblok di top speed.
Namun konsekuensinya adalah motor Yamaha YZR-M1 kehilangan kemampuan saat melibat high speed cornering.
Pasalnya, sejurus peningkatan top speed di mana mendongrak performa mesin.
Tenaga mesin yang dikeluarken ke ban belakang malah membuat lebih sering spin.
Alhasil, motor MotoGP Yamaha YZR-M1 kehilangan banyak waktu saat keluar tikungan akibat efek ban belakang terlalu spin.
Buntutnya motor MotoGP Yamaha selalu masala dengan daya cengkeram ban belakang alias rear grip.
Isu yang sudah mengemuka sejak Valentino Rossi masih di skuat Yamaha pabrikan 2018 silam.
Sementara itu Yamaha pabrikan tidak terlalu intensif dalam riset perangkat aerodinamika baik aerofairing, aerobody atau pun sayap belakang seperti motor MotoGP Eropa.
Hal itu terlihat saat tes pramusim MotoGP Portugal beberapa waktu lalu yang memperkenalkan riset aerobody downwash ducat dan sayap belakang.
Namun demikian, feedback dari pembalap reguler; Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli, mengungkapkan tidak ada perubahan yang mencolok.
Baca Juga: Valentino Rossi Jadi Brand Ambassador Yamaha, VR46 Racing Tetap Ducati
Langkah berbeda dilakukan Honda pabrikan yang langsung mencopas apa yang ada di motor MotoGP Eropa ke motor MotoGP Honda RC213V.
Katakanlah aerobody downwash duct kemudian winglet belakang hingga sasis dan juga swing arm.
Tak sampai di situ, technical manager HRC pun mencomot manajer teknis eks Suzuki MotoGP, Ken Kawauchi.
Hanya saja langkah dan terobosoan Honda pabrikan yang radikal dan ingin cepat sukses malah blunder.
Meski demikian, Honda pabrikan performanya lebih baik ketimbang Yamaha yang berhasil menggasak kemenangan di MotoGP Amerika 2023 lewat Alex Rins.
Rasa-rasanya jika motor MotoGP Jepang hanya copy paste mentah-mentah dari motor MotoGP Eropa.
Hanya saja bila tidak melakukan secara integral dan terproses, sepertinya motor MotoGP Eropa tetap sulit ditaklukkan motor MotoGP Jepang di musim ini.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Joni Lono Mulia |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR