"Efeknya insinyur Jepang tidak bisa keluar dari Jepang, sebaliknya tim kami yang bermarkas di Eropa tidak bisa ke Jepang sehingga pengembangan motor jadi terganggu," terangnya.
Kalau kalian belum tahu, pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha operasionalnya berada di Eropa.
Repsol Honda bermarkas di Spanyol sementara Monster Energy Yamaha bermarkas di Italia.
Bahkan lebih dari separuh personil tim juga diisi oleh orang-orang Eropa, tapi kendali penuh tetap berada di Jepang.
Selain itu budaya korporat dari pabrikan Jepang juga dianggap mengganggu dalam pengembangan motor.
Pabrikan Jepang lebih konservatif dan lambat dalam pengembangan motor, tidak pernah melakukan aksi radikal layaknya pabrikan Eropa.
"Pabrikan Eropa sangat agresif beberapa tahun terakhir, mereka mungkin akan melakukan kesalahan tapi mereka juga menerima yang namanya kesalahan," tambah Puig.
Puig tidak asal-asalan dalam bicara, karena dalam beberapa tahun terakhir pabrikan Eropa selalu memunculkan inovasi untuk bisa semakin dominan di MotoGP.
Ducati contohnya, merekalah yang pertama kali mempopulerkan aero-fairing serta ride-height device yang kini dipakai di semua motor.
Aprilia selalu berinovasi pada desain aero-fairing ala F1 dan diyakini diam-diam tengah mencoba ground-effect.
KTM baru-baru ini menjajal sasis karbon dan fairing full carbon dalam sesi tes Misano.
Sementara pabrikan Jepang bisa dibilang gitu-gitu aja tanpa inovasi, gimana mau memperbaiki hasil?
Malah rider-ridernya sudah komplen berulang kali kalau motornya mereka terlalu lambat.
"Jepang memang bisa menghasilkan motor yang hebat, tapi cara mereka harus segera diperbaiki dan harus lebih agresif kedepannya," tegas Puig.
Tuh dengerin orang Eropa kalau mau maju!
KOMENTAR