“Dari lima sampel, ada dua yang mutunya di bawah standar. Ini dibuktikan dari pengujian TBN. Itu memiliki TBN nol. Padahal, minimal angka TBN adalah 6,” jelas Muhammad.
TBN adalah kuantitas zat aditif dispersan dan deterjen yang berfungsi membersihkan residu pembakaran pada mesin. Tanpa adanya zat aditif ini, mesin akan kotor. Nilai TBN pada mesin bisa juga menjadi indikator bahwa oli sudah harus diganti.
“Jadi, apabila disimpulkan ada oli palsu hanya lube base saja. Fungsinya melumasi. Nah, walaupun zat aditif biasanya hanya 10-20 persen kandungannya, fungsi membersihkan residu pembakaran ini penting. Apabila dipakai dalam jangka waktu lama, mesin bisa hitam seperti berjelaga,” lanjut Muhammad.
Sementara itu, dari segi viskositas, apabila di bawah standar atau tidak stabil, maka pelumasan mesin dalam kondisi panas juga tidak maksimal. Friksi antarkomponen mesin menjadi lebih besar.
“Ada zat aditif yang berfungsi menjaga kestabilan viskositas. Ini sepaket dengan zat aditif yang disebut dalam TBN itu tadi. Kalau tidak TBN nol, artinya hanya lube base saja. Memang sulit sekali konsumen membedakannya. Ini karena perbedaan tidak terlihat dari warna dan kekentalan secara kasat mata,” kata Muhammad.
Bahaya oli palsu bagi motor
Afandi, dari bengkel Afandi Motor Sport, yang biasa menangani servis motor Yamaha matik menyampaikan bahwa oli palsu memiliki dampak yang berbahaya bagi mesin.
Ia memberi contoh komponen mesin yang rusak akibat pemakaian oli palsu pada jangka panjang. Contohnya, komponen berkerak, baret, warna menghitam, dan sisa oli terlihat seperti gel kental yang lengket teksturnya serta menggumpal.
“Kalau dibiarkan, piston blong, laher rusak, stang seher rusak, dan mesin ambyar. Bisa habis-habisan ‘jajan’-nya motornya. Ini karena jalur-jalur pelumasan tertutup gumpalan sisa oli itu. Lama-lama pelumasan tidak sempurna dan komponen mesin rusak,” kata Afandi.
Satu hal yang bahaya, menurut Afandi, konsumen awam sulit membedakannya. Sebenarnya, penggunaan oli palsu efeknya bisa terasa secara instan.
“Bisa terdengar suara mesin lebih kasar dan tarikan berat. Namun, tidak banyak konsumen yang sensitif akan perubahan itu. Ketika dipakai jangka panjang, komponen motor bisa rusak,” ujar Afandi.
Aant dan Popo menyimpulkan, oli palsu tidak mudah dibedakan dari tampilan oli, viskositas, dan aroma. Oleh karena itu, selain kemasan, pengguna merek Yamalube sebaiknya melakukan verifikasi melalui QR code.
“Harga juga tidak bisa menjadi patokan. Ada juga oli palsu yang harganya sama dengan harga pasaran oli Yamalube asli. Jadi, cara yang paling mudah dan aman adalah validasi QR code,” kata Aant.
Penulis | : | Sheila Respati |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR