Advertorial

Marak Oli Palsu Yamalube, Ini Cara Mengecek Keaslian Produk yang Dibeli!

Sheila Respati - Selasa, 6 Februari 2024 | 13:57 WIB
DOK. Otomotif
Perbandingan oli Yamalube palsu dan asli.

Motorplus-Online.com – Saat ini, pemilik motor diharapkan berhati-hati ketika membeli oli, baik di toko offline dan online maupun bengkel. Pasalnya, peredaran oli palsu kian marak. Bahkan, ada oli palsu yang diproduksi secara massal dalam pabrik.

Redaksi Motorplus sempat merilis artikel pada Rabu (14/6/2023) yang memaparkan bahwa Yamalube menjadi salah satu oli yang paling banyak dipalsukan. Sayangnya, sedikit pengendara motor yang dapat mengenali perbedaannya.

Untuk memberi pengetahuan kepada pengendara motor mengenai keaslian oli Yamalube, redaksi Otomotif TV, Dimas Pradopo dan Antonius Yulianto, yang akrab disapa Popo dan Aant, melakukan investigasi.

Mereka membeli sejumlah oli Yamalube dengan varian Power Matic Motor Oil dan Super Matic Motor Oil dari toko-toko dan bengkel di kawasan Jakarta serta toko online di marketplace. Kemudian, sebagai pembanding, mereka juga membeli oli Yamalube dengan varian yang sama di Yamaha Flagship Store Cempaka Putih.  

Dari hasil investigasi, ditemukan bahwa salah satu indikator penting yang dapay digunakan untuk mengecek keaslian oli Yamalube adalah QR Code yang berada di label kemasan. Hal ini juga disampaikan oleh Muhammad Arief Fadillah, Service Advisor Yamaha Flagship Store.

Arief mengatakan, QR code tersebut berada di balik stiker label oli. Pengendara motor dapat menemukannya dengan mengupas label. 

“Kupas labelnya, kemudian terdapat QR code. Validasi keaslian bisa dilakukan dengan memindai QR code tersebut menggunakan kamera smartphone. Setelah dipindai, masuknya akan ke www.yamalubepromo.com. Apabila dipindai larinya ke situs web selain itu misal www.yamaha.co.id, bisa dipastikan itu palsu,” jelas Arief.

Pada situs web www.yamalubepromo.com, kata Arief, ada tombol “Scan Kode Unik” dan “Cek Validasi”. Apabila cek validasi gagal, kemungkinan besar oli tersebut palsu.

Popo dan Aant menemukan sejumlah oli yang palsu. Cek validasi kode unik gagal dan terdapat notifikasi bahwa kode unik sudah dicek sebanyak tiga kali.

“Ini artinya kode unik atau QR code-nya sudah di-copy beberapa kali dan itempel di beberapa kemasan,” kata Aant.

DOK. Otomotif
Pembuktian keaslian dapat dilakukan dengan scan barcode.

Arief juga menyampaikan ciri khusus pada kemasan oli Yamalube asli. Ia mengatakan perbedaan paling terlihat pada stiker label. Pada botol oli yang asli, label terasa halus ketika diraba. Label oli juga dibuat dari bahan berkualitas dan tidak terasa kasar atau tebal.

“Selain itu, setelah dikupas untuk melihat QR code, label kemasan tidak bisa tertempel lagi,” kata Arief.

Ciri kedua adalah pada tutup botol. Ia mengatakan, tutup botol Yamalube yang asli tidak bisa dibuka dengan cara diputar. Tutup hanya dapat dibuka dengan alat khusus atau tang.

“Bagian samping tutup botol keras, tidak akan bisa dibuka dengan tangan. Namun, bagian tengahnya mudah dibuka dengan cara dibolongi dengan alat khusus atau tang,” jelas Arief.

Hasil uji lab tunjukkan perbedaan kandungan

Pada laporan investigasinya, Aant dan Popo juga sempat melakukan pengujian secara ilmiah terhadap beberapa sampel oli Yamalube yang sudah dibeli. Pengujian dilakukan di laboratorium Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas.

Adapun, indikator yang diuji adalah viskositas pada suhu 40 derajat Celcius dan 100 derajat Celcius, Total Base Number (TBN), dan AAS atau kandungan logam dalam oli.

Hasilnya, pada beberapa oli palsu memiliki viskositas yang hampir sama dengan oli asli. Meski demikian, ada pula beberapa sampel yang viskositas yang melebihi batas maksimum sehingga berbahaya bagi kendaraan. Pasalnya, pada kondisi mesin panas, oli tidak dapat melumasi komponen mesin.

Peneliti Produk BBM dan Pelumas Lemigas, Muhammad Fuad, menjelaskan bahwa ada beberapa fakta yang mencengangkan dari sampel oli palsu yang diuji.

“Dari lima sampel, ada dua yang mutunya di bawah standar. Ini dibuktikan dari pengujian TBN. Itu memiliki TBN nol. Padahal, minimal angka TBN adalah 6,” jelas Muhammad. 

TBN adalah kuantitas zat aditif dispersan dan deterjen yang berfungsi membersihkan residu pembakaran pada mesin. Tanpa adanya zat aditif ini, mesin akan kotor. Nilai TBN  pada mesin bisa juga menjadi indikator bahwa oli sudah harus diganti.

DOK. Otomotif
Kondisi mesin yang pernah terkena oli palsu.

“Jadi, apabila disimpulkan ada oli palsu hanya lube base saja. Fungsinya melumasi. Nah, walaupun zat aditif biasanya hanya 10-20 persen kandungannya, fungsi membersihkan residu pembakaran ini penting. Apabila dipakai dalam jangka waktu lama, mesin bisa hitam seperti berjelaga,” lanjut Muhammad.

Sementara itu, dari segi viskositas, apabila di bawah standar atau tidak stabil, maka pelumasan mesin dalam kondisi panas juga tidak maksimal. Friksi antarkomponen mesin menjadi lebih besar.

“Ada zat aditif yang berfungsi menjaga kestabilan viskositas. Ini sepaket dengan zat aditif yang disebut dalam TBN itu tadi. Kalau tidak TBN nol, artinya hanya lube base saja. Memang sulit sekali konsumen membedakannya. Ini karena perbedaan tidak terlihat dari warna dan kekentalan secara kasat mata,” kata Muhammad.

Bahaya oli palsu bagi motor

Afandi, dari bengkel Afandi Motor Sport, yang biasa menangani servis motor Yamaha matik menyampaikan bahwa oli palsu memiliki dampak yang berbahaya bagi mesin.

Ia memberi contoh komponen mesin yang rusak akibat pemakaian oli palsu pada jangka panjang. Contohnya, komponen berkerak, baret, warna menghitam, dan sisa oli terlihat seperti gel kental yang lengket teksturnya serta menggumpal.

“Kalau dibiarkan, piston blong, laher rusak, stang seher rusak, dan mesin ambyar. Bisa habis-habisan ‘jajan’-nya motornya. Ini karena jalur-jalur pelumasan tertutup gumpalan sisa oli itu. Lama-lama pelumasan tidak sempurna dan komponen mesin rusak,” kata Afandi.

Satu hal yang bahaya, menurut Afandi, konsumen awam sulit membedakannya. Sebenarnya, penggunaan oli palsu efeknya bisa terasa secara instan.

“Bisa terdengar suara mesin lebih kasar dan tarikan berat. Namun, tidak banyak konsumen yang sensitif akan perubahan itu. Ketika dipakai jangka panjang, komponen motor bisa rusak,” ujar Afandi.

Aant dan Popo menyimpulkan, oli palsu tidak mudah dibedakan dari tampilan oli, viskositas, dan aroma. Oleh karena itu, selain kemasan, pengguna merek Yamalube sebaiknya melakukan verifikasi melalui QR code.

“Harga juga tidak bisa menjadi patokan. Ada juga oli palsu yang harganya sama dengan harga pasaran oli Yamalube asli. Jadi, cara yang paling mudah dan aman adalah validasi QR code,” kata Aant.

Penulis : Sheila Respati
Editor : Sheila Respati

KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA