Kata dia, pada tahun itu, harga pemeriksaan diberikan bagi masyarakat cukup murah.
"Sejak 1982 hingga 1985 biayanya Rp 500. Kemudian, saya lupa di tahun berapa itu naik menjadi Rp 2.000. Saya lupa karena sudah lama sekali. Sampai baru-baru ini sudah Rp 5.000," katanya.
Biaya pengobatan naik lantaran masyarakat saat ini sudah cukup memiliki pendapatan yang baik dan kebutuhan keluarganya juga semakin meningkat.
"Dulu anak baru satu, kebutuhan juga masih sedikit. Tapi lama-lama anak bertambah, yah kebutuhan hidup tambah naik, seperti ongkos sekolah dan lain sebagainya, makanya baru-baru ini naik Rp 5.000," ujarnya.
Namun, menurut Fransiskus Xaverius Soedanto, walau harga pemeriksaannya bertambah beberapa ribu, pasien yang datang ke tempat prakteknya terus meningkat.
"Setiap hari itu banyak pasien. Rata-rata 200 pasien saya periksa," kata Sudanto sambil menjelaskan sudah banyak pasien mulai pukul 09.00 WIT.
"Jadi saya harus periksa satu per satu sampai kadang saya pulang pukul 15.00 – 16.00 WIT. Tapi itupun masih ada yang datang," tambahnya.
Dengan kondisi tubuh yang kini semakin menua, Fransiskus Xaverius Soedanto mengaku terkadang dirinya merasa lelah.
"Tapi mau bagaimana, untuk masyarakat, saya harus tetap melaksanakan kewajiban saya sebagai dokter," katanya pungkas.
Jadi wajar saja kalau Kemurahan hari Fransiskus Xaverius Soedanto mendapat apresiasi dari banyak pihak.
Ia bahkan rela menerima pasien yang hanya memberikan ucapan terima kasih sebagai balasan.
Nah, kalau menurut brother gimana dengan perjuangan dokter Sudanto nih?
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul "Viral Sudanto Dijuluki Dokter Rasa Tukang Parkir, Layani Warga Papua Tarif Rp2 Ribu"
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR