Menurut Leony, semenjak PSBB transisi, banyak masyarakat yang sudah mulai beraktivitas di luar rumah dan menimbulkan kemacetan.
Sehingga memang diperlukan ganjil genap untuk membatasi orang berpergian.
“Sebetulnya lebih bagus dibuat ganjil genap itu motor. Karena kalau diitung jumlahnya motor dan mobil, lebih banyak persentase motor di jalan raya. Kalau motor diterapkan ganjil genap kan bisa ngurangi setengah kemacetan di Jakarta,” kata Leony.
Kekhwatiran juga dirasakan Mita (24), pekerja swasta di kawasan Jakarta Timur.
Ia naik kendaraan pribadi ke kantor selama pandemi Covid-19.
Menurut dia, jika ganjil genap diterapkan, maka makin banyak masyarakat menggunakan kendaraan umum.
Sebab tak semua orang punya kendaraan pribadi lebih dari satu dengan pelat nomor ganjil dan genap.
“Saya enggak setuju banget kalau diberlakuin ganjil genap. Jika ini diberlakukan sama aja Pemerintah nyerahin kita sama Corona pelan-pelan. Padahal kita udah aware banget sama badan dan social distancing,” ucapnya.
Baca Juga: Bikers Catat! Enggak Cuman Ojol, Ini Daftar Kendaraan yang Aman dari Tilang Ganjil Genap
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhliansyah |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR