Berjalannya new normal atau fase kenormalan baru saat ini, disebut kembali meningkatkan polusi udara di Jakarta.
Penyebab memburuknya kualitas udara
Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari menjelaskan.
Membaik atau memburuknya kualitas udara suatu wilayah dilihat dari dua faktor.
"Pertama, perubahan di sumber polutannya dan kedua proses pengurangan polutan di udara," kata dia seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (15/6/2020).
Untuk mengetahui dampak pasti dari faktor perubahan sumber polutannya.
Perlu dilakukan pengecekan jumlah peningkatan lalu lintas kendaraan di wilayah Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir.
Kendati demikian, kata Indra, melihat peningkatan kemacetan di jalanan Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir sejak diberlakukan new normal dalam masa transisi, jelas menunjukkan adanya penambahan jumlah kendaraan.
"Selanjutnya itu akan meningkatkan konsentrasi polutan di udara atau menurunkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya," jelasnya.
Baca Juga: Bikers Boleh Tau, Jakarta Terapkan PSBB Transisi, Adakah Gelombang 2?
Curah hujan yang masih tinggi di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada awal tahun 2020, jelas Indra, memberi dampak pada penurunan konsentrasi polutan di udara
"Sehingga kualitas udara pada periode tersebut relatif baik," kata dia.
Sebaliknya, sejak akhir Mei 2020 hingga saat ini, sebagian wilayah Jakarta sudah memasuki musim kemarau.
Kondisi ini, kata Indra, berimplikasi pada terakumulasinya polutan di udara pada Jakarta.
"Kondisi tersebut memperlihatkan kualitas udara di Jabodetabek menurun pada awal Juni dibandingkan beberapa beberapa minggu yang lalu akibat dari faktor diatas," ungkapnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | M Aziz Atthoriq |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR