instagram?@hariankompas
Harian Kompas merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 di bulan Juni ini menjadi kawan dalam perubahan untuk pembaca setiannya
Baca Juga: Seru! Komunitas Honda ADV Indonesia Chapter Jakarta Sambangi Markas MOTOR Plus Online, Ini Faktanya
Harian Kompas sempat dilarang terbit oleh pemerintah pada 21 Januari 1978 bersama dengan beberapa harian ibu kota lainnya.
Lalu pelarangan terbit pada harian Kompas dicabut dengan Surat Keputusan Kopkamtib pada 4 Februari 1978.
Sehingga pada hari Senin, 6 Februari 1978, harian Kompas dizinkan terbit kembali.
Untuk nama Kompas sendiri ternyata ada sejarahnya yang membuat harian Kompas dapat menginspirasi dan jadi pedoman pembaca di segala jaman.
Baca Juga: Peringati Hari Pers Nasional, Honda Berikan Layanan Servis Motor Gratis untuk Karyawan Kompas Group
View this post on Instagram
Kompas Dulu, Kini, dan Masa Depan Kompas genap berusia 55 tahun pada 28 Juni 2020. Kompas lahir di masa krisis mendera Indonesia. Dalam kondisi itu, pendiri berhasil mendirikan koran yang diharapkan menjadi pedoman sesuai nama yang diberikan Bung Karno: Kompas. Pasang surut dialami, namun Kompas bertahan dan muncul dalam multiplatform menjawab tantangan zaman. — 25 Juni 1965 Soekarno mengusulkan nama Kompas saat bertemu Frans Seda. Sebelumnya, Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Achmad Yani mengusulkan kepada Frans Seda, Ketua Partai Katolik agar partainya memiliki media. Frans Seda lalu menghubungi PK Ojong dan Jakob Oetama. Awalnya, koran itu hendak dinamai Bentara Rakyat. Namun, Bung Karno mempunyai gagasan lain. “Aku akan memberi nama yang lebih bagus...”Kompas”! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!” 21 Januari 1978 - Kompas dilarang terbit oleh pemerintah. Bersama Kompas, turut dilarang terbit Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Pelarangan dicabut dengan Surat Keputusan Kopkamtib pada 4 Februari 1978. Pada Senin, 6 Februari 1978, Kompas dizinkan terbit kembali. Baca selengkapnya kisah perjalanan Harian Kompas dari awal berdiri sampai sekarang, yang dirangkum dalam Tutur Visual hanya di Kompas.id (klik tautan di bio @hariankompas). Keterangan Foto: Pendiri harian Kompas, (dari kiri) Jakob Oetama (pendiri), PK Ojong (pendiri), serta pimpinan Majalah Intisari yaitu J Adisubrata dan Irawati saat masih di Jalan Pintu Besar Selatan 86-88 Jakarta Kota, sebelum tahun 1969. — #hariankompas #kompasid #kompas55 #kawandalamperubahan #tuturvisual #arsipkompas #jurnalistik #sejarah
A post shared by Harian Kompas (@hariankompas) on Jun 28, 2020 at 3:53am PDT
Nama harian Kompas merupakan usulan dari Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno pada 25 Juni 1965
“Aku akan memberi nama yang lebih bagus...”Kompas”! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!” ujar bung Karno
Awalnya harian Kompas yang diprakarsai oleh PK Ojong dan Jakob Oetama lahir di masa krisis mendera Indonesia.
Dalam kondisi itu, pendiri berhasil mendirikan koran yang diharapkan menjadi pedoman sesuai nama yang diberikan Bung Karno: Kompas.
KOMENTAR