MOTOR Plus-online.com - Harian Kompas merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 di bulan Juni ini menjadi kawan dalam perubahan bagi pembaca setianya.
Pasang surut dialami harian Kompas, namun Kompas bertahan dan muncul dalam multiplatform menjawab tantangan zaman.
Selama 55 tahun, Harian Kompas senantiasa hadir menemani masyarakat Indonesia sesuai dengan jamannya menjadi kawan dalam perubahan.
Menghadapi berbagai perubahan, terutama dalam aspek sosial, ekonomi, dan teknologi, harian Kompas terus berinovasi dan berkreasi.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun yang ke-24, Kompas.com Tetap Menjaga Kredibilitas dan Berantas Hoaks
Perubahan dan adaptasi harian Kompas berkat dukungan dan kepercayaan menjadi kawan dalam perubahan dari pembaca setianya .
Di tengah pandemi Covid-19, kepercayaan publik terhadap informasi yang disampaikan media massa arus utama cenderung membaik.
Momentum ini harus dijaga dengan menerapkan jurnalisme yang teguh pada disiplin verifikasi dan kode etik, serta berpihak kepada kepentingan publik.
Masyarakat memerlukan jurnalisme yang sehat sebagai pemandu pengambilan keputusan, sekaligus menjaga demokrasi tetap berjalan baik sesuai tradisi harian Kompas.
Baca Juga: Seru! Komunitas Honda ADV Indonesia Chapter Jakarta Sambangi Markas MOTOR Plus Online, Ini Faktanya
Harian Kompas sempat dilarang terbit oleh pemerintah pada 21 Januari 1978 bersama dengan beberapa harian ibu kota lainnya.
Lalu pelarangan terbit pada harian Kompas dicabut dengan Surat Keputusan Kopkamtib pada 4 Februari 1978.
Sehingga pada hari Senin, 6 Februari 1978, harian Kompas dizinkan terbit kembali.
Untuk nama Kompas sendiri ternyata ada sejarahnya yang membuat harian Kompas dapat menginspirasi dan jadi pedoman pembaca di segala jaman.
Baca Juga: Peringati Hari Pers Nasional, Honda Berikan Layanan Servis Motor Gratis untuk Karyawan Kompas Group
Nama harian Kompas merupakan usulan dari Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno pada 25 Juni 1965
“Aku akan memberi nama yang lebih bagus...”Kompas”! Tahu toh, apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba!” ujar bung Karno
Awalnya harian Kompas yang diprakarsai oleh PK Ojong dan Jakob Oetama lahir di masa krisis mendera Indonesia.
Dalam kondisi itu, pendiri berhasil mendirikan koran yang diharapkan menjadi pedoman sesuai nama yang diberikan Bung Karno: Kompas.
Baca Juga: Bertajuk 'Ignite The Consumer', GridOto Award 2019 Bagikan 74 Penghargaan Untuk 5 Kategori
Lilik Oetama dalam sambutannya mengatakan, kita selalu mengenang orang-orang yang berjasa untuk kita semua, terutama untuk Kompas Gramedia (KG).
"Dan rupanya tahun ini seabad umur Pak Ojong, 25 Juli nanti 100 tahun dan Kompas hari ini 55 tahun. Jadi saya hitung-hitung waktu beliau membuat Kompas, usianya 45 tahun dan Pak Jakob (Jacob Oetama) usaia 34 tahun," katanya.
Menurut Lilik, dia menilai PK Ojong dan Jacob Oetama, duet yang hebat sekali.
"Mereka berdua telah memberi fondasi yang kuat untuk Kompas Gramedia dan sampai sekarang kita masih bisa bertahan 55 tahun dan bisa berkembang seperti sekarang," ucapnya.
Baca Juga: Suzuki Serius Membina Atlit Muda Sepak Bola Indonesia di Liga Kompas Gramedia
Lebih lanjut Lilik mengatakan, yang menarik dari PK Ojong dan Jacob Oetama adalah kolaborasi keduanya dalam membangun Kompas.
"Ini menarik (duet PK Ojong dan Jacob Oetama), dan ini memang harus selalu ada dalam dunia usaha, supaya bisa Last long-lah (bertahan lebih lama)," katanya.
"Banyak perusahaan-perusahaan yang kita lihat hanya satu orang biasanya tidak bertahan lama. Tapi kalau duet, apalagi mereka selalu memberi kesempatan kepada seluruh teman-teman menjadi team work dan bekerja bersama-sama tentu hasilnya luar biasa," kata Lilik.
Lilik pun mengaku, hari ini di usia Kompas yang ke- 55 menjadi sesuatu yang luar biasa.
"Saya rasa ini hari luar biasa Kompas berusia 55 tahun. Saya banyak terima WA. Menariknya, dari para agen Kompas. Mereka sangat memberikan apresiasi. Mereka mengatakan Kompas telah berjasa buat keluarga mereka dan membuat anak-anak mereka menjadi orang," kata Lilik.
Menurut Mariani Ojong anak ke-6 dari almarhum PK Ojong, kondisi saat ini adanya pandemi virus Corona (Covid-19), dia jadi mengingat masa lalu, ketika jaman dulu banyak media dibredel dan iapun sempat merasa dag dig dug.
"Karena waktu itu, saya melihat orangtua, ayah saya juga bingung. Seperti jaman sekarang pastinya. Kita mengalami kebingungan kapan corona selesai, dan sebagainya," kata Mariani.
Dan menyikapi semua ini, yang selalu diingat Mariani dari orangtuanya, semuanya tak lepas dari doa. "Kami melihat kebiasaaan dari orangtua kami, yang selalu, berdoa dan berdoa," katanya.
Baca Juga: Bikers Catat, Selain Perpanjang PSBB Tangsel Juga Terapkan PSBL
Mariani pun mengucapkan terima kasih setiap ulang tahun Kompas, dan sudah 40 tahun dari meninggalnya PK Ojong pada 29 Mei lalu, selalu ada tradisi ziarah ke makam ayahnya.
"Kita bolak-balik ke sini, untuk ziarah dan begitu besar cikal bakal itu terus diingat dan tentunya kita semua terus menjaga agar Kompas ini, terus dapat melayani masyarakat di dalam komunikasi pada masyarakat melalui berita-berita dan lainnya," katanya.
"Terima kasih sekali lagi untuk, dapat mengingat adanya sejarah, dimana beliau waktu itu, bersama Pak Jacob mendirikan dan tentunya bersama pihak lainnya," ujarnya.
"Dari dua (Intisari dan Kompas) sekarang tumbuh menjadi begitu banyaknya, semua itu tidak lepas daripada doa kita semua," ujar Mariani.
Baca Juga: 44 Tahun Menemani Album Donal Bebek Akhirnya Undur Diri, Jadi Kenangan Bikers Waktu Kecil
Turunan dari majalah Intisari dan harian Kompas salah satunya adalah Otomotif Group yang terdiri dari Tabloid Otomotif, otomotifnet.com, Gridoto.com, dan MOTOR Plus-online.com.
Semoga bertambahnya usia harian Kompas #menjadikawandalamperubahan bagi pembaca setianya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul CEO Kompas Gramedia Sebut PK Ojong dan Jacob Oetama Bangun Pondasi Kompas Gramedia yang Kokoh,
Source | : | Wartakotalive.com,instagram/@hariankompas |
Penulis | : | Indra GT |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR